Selasa, 03 Februari 2009

Foto_Foto Sang Petualang

Kisah Sang Petualang

February 17, 2008

riyanidjangkaru_top.jpg
“Aku arungi seribu laut, aku daki sejuta gunung,
demi satu KesempurnaanMu, tinggi diatas sana
keagunganMu aku temui, di puncak-puncak dunia”

Anak pertama dari empat bersaudara ini mulai terkenal sejak menjadi presenter Jejak Petualang tayangan TV7 tahun 2002 - 2006. Riyanni semakin terkenal di pertengahan tahun 2005, karena virus dengan namanya menyebar dan menginfeksi banyak komputer.

Adalah seseorang yang bernama Riyani Djangkaru, lulusan Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor ini sekarang masih bekerja di dunia pertelevisian meski tak lagi menjadi presenter “Jejak Petualang”. Riyanni terlihat di Trans 7 dalam “Redaksi Pagi” sebagai presenter “Jalan Pagi” serta Sportawa.

Awalnya wanita berdarah Garut dan Palembang ini ingin menjadi news presenter. Meski lowongan untuk presenter olahraga telah lewat, Riyanni tetap mengirimkan lamaran. Setelah menyisihkan ratusan orang, wanita dengan tinggi 168 cm ini pun didapuk menjadi presenter Jejak Petualang.

Riyanni menikah dengan Deni Priawan pada bulan Februari 2006. Dari pernikahan ini, mereka telah mempunyai seorang anak, Brahman Ahmad Syailendra.

riyanidjangkaru_a.jpg
(Dulu pas masih di JP - TV7)
riyanidjangkaru_b.jpg
(Mau Naek gunung pa ke mall jeung)
riyanidjangkaru_c.jpg
(Mo bajak sawah apa riyanni ?)
riyanidjangkaru_d.jpg
(Manis Na …)
riyanidjangkaru_e.jpg
(Begaya ne, udah nyampe ranu kumbolo sih)
riyanidjangkaru_g.jpg
(Poto ma suku mana ya?)
riyanidjangkaru_f.jpg
(Puncak Sudirman Jaya Wijaya - 4882 mdpl, dingiin … )
riyanidjangkaru_junior.jpg

“Pengenalan dan Penyatuan Jiwa dengan Alam adalah sebuah perjalanan paling berharga yang aku temui di Jejak Petualang”


Kisah Si Pelancong

Dewa gunung

Reinhold Messner pantas disebut salah satu dewa gunung. Petualang asal Italia ini telah menorehkan sejumlah rekor dalam kancah petualangan dunia. Messner tak pernah bisa diam, ia terus mencari tantangan baru dalam menjelajahi suatu daerah. Umur boleh bertambah, namun semangat berpetualang tak pernah padam.Dunia pendakian gunung salju seakan terhenyak. Sejumlah pendaki pun mencibir. Mereka bilang, mana mungkin itu dapat dilakukan. Komentar miring lainnya: itu sama saja dengan tindakan bunuh diri.

Meski dianggap gila, Messner jalan terus. Ia tetap memegang prinsip: jalani dulu tanpa harus banyak bicara. Cibiran dan cemohaan itu terlontar gara-gara Messner mengutarakan keinginan untuk mendaki gunung di kawasan Himalaya dengan gaya pendakian tradisional di kawasan Alpen, Eropa. Prinsipnya, dalam pendakian ini seorang pendaki hanya berbekal peralatan secukupnya dan melakukan pendakian ala kebut gunung. Persiapan fisik dan mental pendaki sudah dilalukan sejak jauh hari. Begitu sampai di kaki gunung waktu aklimatisasi penyesuaian diri dengan kondisi sekitar - juga tak lama.

Hasilnya, waktu pendakian lebih singkat dan tak ada persiapan rute yang final. Paling penting: haram memakai tabung oksigen. Selanjutnya, gaya ini disebut gaya alpina.Sebelum gaya ini populer, para pendaki dunia memakai gaya pendakian Himalaya. Mereka dibekali dengan berton-ton peralatan, logistik dan punya waktu ekspedisi yang panjang. Tentu saja, semua kebutuhan tadi dibawa porter yang jumlahnya dapat mencapai ratusan orang. Saat tiba di kemah induk (base camp), tim pendaki melakukan proses aklimatisasi.

Beres semua itu, lalu mulai berjalan naik untuk membuka Kemah I dan seterusnya. Untuk menerapkan gaya alpina di Himalaya, Messner menunjuk puncak gunung Gasherbrum I yang dikenal sebagai Hidden Peak�. Gunung ini punya titik tertinggi 8.068 meter dari permukaan laut (mdpl) dan berlokasi di wilayah Pakistan dan Cina. Pada 1975, lelaki yang sempat kuliah di Universitas Padua, Italia mengajak Peter Habeler untuk bergabung dalam ekspedisi ini.

Pada 8 Agustus 1975, Messner dan Habeler memulai pendakian. Keduanya tak bawa tali, tabung oksigen dan hanya berbekal alat panjat pribadi. Hari kedua, mereka tiba di bawah dinding es curam setinggi 1.000 meter. Kemah berikut berdiri setelah lewat dinding tersebut. Messner dan Habeler pun melakukan pemanjatan kilat. Usai pemanjatan gila-gilaan itu, keduanya terserang rasa lelah yang hebat. Saking capeknya, memasang tenda pun terasa sangat sulit. Apalagi acara makan tak ada dalam agenda pendakian.

Hari berikutnya, mereka meninggalkan perlatan dalam tenda. Penyerangan puncak (summit attack) dilakukan dengan hanya membawa kapak es (ice axe), crampoons, kamera dan peralatan medis.Pada hari yang sama, kedua pendaki handal ini meraih puncak. Peter Habeler tiba lebih dulu. Messner menyusul beberapa menit kemudian. Seperti lazimnya pendaki, Messner mengabadikan Habeler saat berada di puncak. Asyiknya, cuaca amat cerah dan mereka pun berpelukan.

Wow! Apa yang didapat ekspedisi Messner dan Habeler itu? Ini merupakan sukses kedua dalam usaha mencapai puncak Gasherbrum I. Namun, yang pertama dengan gaya alpina murni dalam pendakian gunung di atas 8.000 mdpl. Bagi Messner, pada saat itu, tercatat sebagai orang pertama yang sudah menjejak puncak di atas 8.000 mdpl: Nanga Parbat (8.125 mdpl), Manaslu (8.156 mdpl) dan Gasherbrum I.Begitu pendakian beres, Walter Bonati mengucapkan selamat via telegram:

Pendakian alpina yang hebat sekali. Anda berdua adalah satu-satunya orang dalam tahun ini yang berhasil menekan batas maksimal petualangan. Terus BerpetualangMessner tak pernah puas. Ia tetap menorehkan rekor lainnya dalam dunia pendakian. Sebut saja, orang pertama yang sukses menyapu bersih 14 puncak gunung di atas 8.000 meter, orang ketiga yang meraih gelar Ĺ“pendaki tujuh puncak dunia, pendaki pertama yang melakukan pendakian solo dan tanpa doping oksigen untuk meraih puncak Everest dan lainnya.

Pria yang meyakini keberadaan yeti sejenis makhluk yang menyerupai beruang di Tibet tak hanya dikenal sebagai pendaki gunung. Pada 1990, ia sukses melintasi benua Antartika dengan jalan kaki selama 92 hari via the South Pole sejauh 2.800 km. Dau tahun berikut, melintasi gurun Takla Maran, lalu ekspedisi ke Greenland sejauh 2.200 km. Di balik sukses tentu ada pula cerita sedih.

Kesedihan pertama Messner ketika berekspedisi ke Nanga Parbat, Pakistan. Di situ, petualang juga gape motret dan menulis buku itu harus menerima kenyataan, sang adik Gunther Messner meninggal dunia. Gunther tewas lantaran kejatuhan salju longsor (avalanche) di dekat kemah induk. Padahal, keduanya sudah menejak puncak via dinding Rupal (Rupal Face). Untuk melupakan kejadian itu, Messner butuh waktu bertahun-tahun.Tragedi kedua terjadi di Manaslu (8163 mdpl), Nepal pada 1972. Messner dituduh menjadi penyebab hilangnya dua rekan pendaki dalam tim ekspedisi yang dipimpin Wolfgang Nairz.

Franz Jager hilang dalam perjalanan turun bersama Messner. Raga Jager tak juga ditemukan setelah hilang dihantam badai salju. Dalam usaha pencarian itu, anggota ekspedisi lainnya: Andi Schlick ikut menghilang. Messener dan Horst Frankhauser sudah mencari, namun hasilnya nihil. Maklum saja, kondisi cuaca pada saat itu betul-betul buruk.Usai pendakian, sejumlah tulisan menyalahkan Messner.

Sialnya, tulisan itu dibuat oleh orang-orang yang belum pernah berekspedisi ke gunung 8.000 meter. Seluruh anggota tim mendukung Messner untuk menulis cerita yang sebenarnya. Namun, ia kadung trauma. Sejak itu, ia berjanji tak lagi ikut dalam ekspedisi berjumlah besar. Messner juga sempat gagal menaklukan Lhotse (8516 mdpl), Nepal/Cina pada 1975. Lalu gagal pada pendakian ke Makalu (8463 mdpl), Nepal/Cina tahun 1986. Tapi masih dalam tahun yang sama, kedua hutang tadi langsung dibayar lunas.


Pengalaman Melancong

PETUALANGAN


Menyelam di Pulau Banda
Pulau Banda merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di Indonesia untuk para penyelam. Baik penyelam yang ahli maupun yang pemula akan menikmati area menyelam mulai dari area dengan kedalaman yang dangkal antara Banda Neira dan Gunung Api sampai dengan tembok vertikal di Pulau Hatta.

photo: www.kebumen.go.id
Berpetualang di dalam Gua Petruk, Kebumen
Di kawasan wisata eko-karst Gombong Selatan,Kebumen, terdapat gua alami yang dinamakan Gua Petruk. Gua ini berada di dukuh Mandayana Desa Candirenggo Kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen, atau sekitar 4,5 km dari Jatijajar menuju ke arah selatan.


Temukan Surga Tropis di Pulau Derawan, Kalimantan Timur.
Sebuah pulau dengan permukaan air laut berwarna gradasi biru dan hijau yang memukau, hamparan pasir nan lembut, barisan pohon kelapa di pesisir pantai, dengan hutan kecil di tengah-tengah pulau yang merupakan habitat dari bermacam jenis tumbuhan dan hewan serta keindahan alam bawah laut yang mempesona.

Seekor Komodo
Mengejar "Naga" di Pulau Komodo
Komodo sering disebut sebagai "naga komodo" karena hewan ini memang sejenis kadal yang paling besar di dunia ini. Sebenarnya komodo sendiri jauh dari citra naga. Walaupun seekor komodo (Varanus komodoensis) memang memiliki tubuh yang besar (komodo dewasa dapat memiliki tinggi sekitar 3 meter dengan berat kurang lebih 70 kilogram. Komodo itu sendiri tidaklah sebuas anggapan kebanyakan orang.


Pengalaman di Bunaken, Sulawesi
Bunaken merupakan salah satu tempat menyelam paling menakjubkan di seluruh dunia. Di sekitar Bunaken, banyak juga tempat menyelam yang merupakan favorit para penyelam—baik yang pemula maupun yang profesional. Di antaranya adalah Manado Tua, Pulau Siladen, dan Selat Lembeh.

Mendaki Gunung

Mendaki gunung diperlukan persiapan yang cukup. Seringkali kegiatan latihan fisik tidak disiapkan dengan baik. Dalam mendaki gunung ditentukan oleh faktor ekstern dan intern. Kebugaran fisik mutlak diperlukan.

Pendaki gunung legendaris asal Inggris, Sir George Leigh Mallory, kerap menjawab pendek pertanyaan mengapa ia begitu “tergila-gila” naik gunung. “Because it is there,” ujarnya. Jawaban itu menggambarkan betapa luas pengalamannya mendaki gunung dan bertualang.

Selain jawaban itu, masih banyak alasan mengapa seseorang mendaki gunung atau menggeluti kegiatan petualangan lainnya. Mereka punya alasan lebih panjang dari Mallory. Dalam halaman awal buku pegangan petualangan yang dimiliki seluruh anggotanya tertulis, “Nasionalisme tidak dapat tumbuh dari slogan atau indoktrinasi. Cinta tanah air hanya tumbuh dari melihat langsung alam dan masyarakatnya. Untuk itulah kami naik gunung”.

Yang jelas, tidak seorang petualang alam-komunitas di Indonesia lebih senang menggunakan istilah pencinta alam-melakukan kegiatan itu dengan alasan untuk gagah-gagahan. Karena bukan untuk gagah-gagahan, maka sebaiknya tidak ada istilah “modal nekad” dalam mendaki gunung.

Bagaimanapun, gunung dengan rimba liarnya, tebing terjal, udara dingin, kencangnya angin yang membuat tulang ngilu, malam yang gelap dan kabut yang pekat bukanlah habitat manusia modern. Bahaya yang dikandung alam itu akan menjadi semakin besar bila pendaki gunung tidak membekali diri dengan peralatan, kekuatan fisik, pengetahuan tentang alam, dan navigasi yang baik. Tanpa persiapan yang baik, naik gunung tidak bermakna apa-apa.

Secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya pendakian gunung yaitu :


  1. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri pendaki. Cuaca, kondisi alam, gas beracun yang dikandung gunung dan sebagainya yang merupakan sifat dan bagian alam. Karena itu, bahaya yang mungkin timbul seperti angin badai, pohon tumbang, letusan gunung atau meruapnya gas beracun dikategorikan sebagai bahaya objektif (objective danger). Seringkali faktor itu berubah dengan cepat di luar dugaan manusia.Tidak ada seorang pendaki pun yang dapat mengatur bahaya objektif itu. Namun dia dapat menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan itu.
  2. Faktor Intern
    Faktor yang berasal dari diri pendaki yang memncakup segala persiapan, dan kemampuannya faktor kedua ini yang berpengaruh pada sukses atau gagalnya mendaki gunung.

Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin. Tidak bisa ditawar, mendaki gunung adalah kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal mutlak. Untuk berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot tungkai dan tangan harus kuat.

Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk bisa tiba di puncak. Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.